News Photo

Tes MBTI atau DISC, valid nggak sih ?

by Annas Baihaqi (PRiADI Certified Counselor)

  • Blogs
  • Updated April 22, 2025

Pernah nggak sih kamu mengikuti tes kepribadian yang berusaha mentipe-tipe kan orang seperti tes MBTI, DISC atau Four tempraments, terus hasilnya bikin kamu mikir, “Wah, ini gue banget!”. Misalkan dalam tes MBTI kamu dapat hasil INFJ, ENTP, atau kalau tes DISC kamu dikatakan “tipe D” yang katanya tegas dan cenderung mengatur. Rasanya memang seperti menemukan jawaban tentang siapa diri kita.

Tapi pertanyaannya, tes-tes seperti ini valid nggak sih? Atau jangan-jangan kita cuma tertipu efek sugesti saja?


Populer Tapi Penuh Pro & Kontra

Tes kepribadian seperti MBTI (yang hasilnya menjadi empat huruf) atau DISC (yang lebih melabelkan ke tipe dominan, stabil, dll.) memang sudah jadi semacam "primadona" di dunia kerja, HRD, bahkan konten self-growth. Mereka dianggap populer karena:

  1. Hasilnya mudah dimengerti
  2. Nggak terlalu ribet atau lebih teknis
  3. Bisa menjadi bahan obrolan atau refleksi diri

Tapi makin ke sini, makin banyak juga yang mulai mempertanyakan, “Ini bisa dikatakan ilmiah nggak sih?”


Beberapa Masalah yang Sering Dikritik

  1. Tidak Konsisten
    Banyak orang mengalami hal ini: hari ini kamu dapat ENFP, minggu depan berubah jadi ISTP. Kok bisa? Artinya, hasilnya bisa berubah-ubah dan hal ini yang membuat akurasinya dipertanyakan.

  2. Cenderung Kaku
    MBTI berusaha memberi label seolah-olah kamu hanya tipe introvert atau ekstrovert. Padahal kenyataannya tidak sesimpel itu. Kepribadian kita bisa jadi fleksibel dan berubah bergantung pada situasi.

  3. Kurangnya Bukti Ilmiah
    MBTI dan DISC memang dikembangkan dari sebuah teori, tapi kurang banyak ditopang oleh riset psikologi modern yang kuat. Jadi kalau untuk seru-seruan oke, tapi kalau mau dipakai untuk rekrutmen atau diagnosis, nah itu yang mulai harus diperhatikan.

  4. Efek Barnum/Forer
    Pernah dengar istilah efek ramalan zodiak? Nah, hasil MBTI atau DISC kadang seperti itu. Deskripsinya ditulis secara umum dengan cara yang hampir semua orang bisa saja merasa "relate" dengan hal itu. Fenomena ini yang disebut efek Barnum.


Jadi, Apakah Harus Ditinggalkan?

Tidak juga. MBTI dan DISC masih memiliki manfaat, asalkan kita tahu batasannya. Misalnya:

  1. Sebagai bahan refleksi diri
  2. Mengenali kecenderungan umum kita
  3. Mengenali cara kita berinteraksi dengan orang sekitar
  4. Sebagai bahan diskusi dalam tim kerja

Yang terpenting, jangan dijadikan ini sebagai label mutlak. Kamu bisa jadi lebih dari hanya sekadar 4 huruf atau 1 buah tipe kepribadian.


Mau yang Lebih Ilmiah?

Kalau kamu ingin lihat kepribadian dari sudut pandang yang lebih diakui secara ilmiah, coba tes pendekatan Big Five Personality Traits (OCEAN: Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism). Meskipun mungkin nggak se-seksi dan sepopuler MBTI, tapi pendekatan ini lebih bisa diandalkan berdasarkan riset psikologi yang sudah dilakukan.

Atau tidak ada salahnya kamu bisa mencoba model tes Science of Prints yang dikembangkan oleh PRiADI. Tes ini cukup membantu kamu dalam memberikan gambaran tentang innate potential yang kamu miliki tanpa melihat pengaruh kontribusi lingkungan dan faktor eksternal.

Kesimpulannya

Pada intinya tes kepribadian itu ibarat cermin kecil. Kadang bisa membantu kita untuk mengenal diri, tapi jangan anggap itu keseluruhan dari diri kita. Mau MBTI, DISC, atau lainnya, yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan hasilnya—bukan hanya mempercayai hasil tes tersebut secara mentah-mentah.

Share This News

Comment

Need help?